Selasa, 21 Mei 2013

Kurikulum Humanistik

Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga perpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain). Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan lagi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran siswa sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang terkait dalam pendidikan humanistik, yaitu pendidikan konfluen, Kritikisme Radikal, dan Mistikisme modern. Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang darahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang  teraktualisasi. Seorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai kesinambungan estetika, maupun moral. Seorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter yang baik pula. Disamping itu, kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid dan menciptakan hubungan hangat dengan murid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Guru harus memberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya. Peran mengajar bukan hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh murid.

Artikel Terkait Teori dan Aliran filsafat Pendidikan

Komentar Postingan