Senin, 26 November 2012

Keluarga dalam Perspektif Sosial

Kehidupan dalam lingkungan keluarga merupakan kehidupan yang paling lama yang dialami oleh setiap orang. Karena itu pribadinya banyak di tentukan oleh lingkungan keluarganya. Di dalam keluarga terjadi pendidikan timbal balik, dimana orang tua mendidik anak-anaknya, sebaliknya orang tuapun turut dikembangkan pribadinya dengan anak-anaknya.
Pada masyarakat sederhana dimana pendidikan belum terpisah secara khusus, belum ada sekolah atau madrasah seperti sekarang, pendidikan generasi muda tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari. Pada masyarakat seperti itu keluarga betul-betul merupakan lembaga pendidikan. Anak muda ikut bekerja dan ikut ambil bagian dengan segala kegiatan orang tua. Dengan cara inilah masyarakat seperti itu menyelenggarakan pendidikan. Inilah yang disebut proses Inkulturasi dimana anak-anak, para pemuda atau orang-orang baru menerima dan mengamalkan unsur-unsur kultural, sehingga ia bisa hidup bersama karena telah menguasai norma-norma budaya masyarakatnya. Norma, kaedah atau nilai-nilai harus dipatuhi oleh setiap orang baik itu berupa kewajiban, larangan ataupun anjuran.
Keluarga mempunyai andil yang besar dalam pendidikan anak. Sehingga tidak heran kiranya bila Pestalozi berpendapat bahwa “keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama bagi anak-anak. Ia berpendapat bahwa gereja dan negara hanya merupakan tambahan bagi pendidikan keluarga.” Di dalam keluarga diajarkan berbagai sikap dan keterampilan misalnya: tata cara sopan santun, latihan mengenal Tuhan dengan jalan belajar beribadah pengembangan kesadaran sosial. Dengan demikian keluarga sebagai pembentuk watak dan pribadi anak yang utama. Seperti halnya dikemukakan oleh James Mill bahwa “domestik education” merupakan dasar dari pembentuk watak, ia juga berpendapat bahwa pengalaman pertama akan mengakibatkan efek terbesar bagi pembentuk pribadi anak dikemudian hari. Dan kesan pertama ini dilaksanakan oleh keluarga.
Ada beberapa alasan mengapa keluarga penting dalam pembentukan pribadi anak, antara lain : (1) keluarga adalah lembaga yang pertama berhubungan dengan anak, jadi merupakan peletak dasar pertama dan utama. Kesan pertama lebih kuat daripada kesan-kesan selanjutnya. Hal itu sesuai dengan pendapat Froud yang dikemukakan oleh Hall, bahwa: “For froud the first few years Linzly, 1957). (2) Hubungan anak dengan keluarga lebih langgeng jika dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya (seperti guru, teman sekolah, teman sepermainan, dll). (3) Hubungan anggota keluarga bersifat primer dan mendalam, sehingga pengaruhnya mendalam pula. (4) Keluarga bisa melayani hampir semua kebutuhan anak, dari mulai kebutuhan kebendaan hingga kebutuhan yang bersifat spiritual. (5) Keluarga merupakan masyarakat dalam ukuran mini, dimana terdapat status, role dan norma-norma bagi setiap anggota keluarga. Sehingga kehidupan keluarga merupakan jenjang pertama untuk memasuki kehidupan masyarakat yang lebih luas.
Kehidupan persekutuan keluarga dimana berlangsungnya hubungan diantara anggota keluarga, merupakan dasar utama untuk perkembangan jiwa dan pembentukan pribadi anggotanya- Bukan saja penting untuk si anak kecil yang belum sekolah, tetapi juga penting untuk anggota lain yang menginjak masa adolesen, bahkan bagi mereka yang sudah dewasa.
Robert Havihurts dalam Gani Utari, (1992:38), menganggap keluarga sebagai agent of socialization, menekankan bahwa "fungsi keluarga membimbing anak dari kecil agar menjadi anggota masyarakat yang paripurna dan bahagia dengan jalan mengajarkan kepadanya norma-norma dan aturan dasar, dimana orang tua  sebagai "mode" atau alat peraga yang akan ditiru oleh anak.” Untuk mencapai tujuan di atas orang tua harus dapat melayani kebutuhan anak. Kebutuhan pribadi anak sering dimanifestasikan oleh macam­-macam dorongan untuk mengetahui sesuatu, keinginan bergaul dengan orang lain. Keinginan menyatakan buah pikiran dan perasaan dengan jalan bahasa verbal, dengan gerak tangan, dengan tulisan dan yang lainnya, karena ingin merasakan kepuasan sukses yang mereka capai. Setiap anak ingin diakui sebagai individu yang punya tempat dan hak di dalam keluarga dan masyarakat. Bagi orang tua yang bijaksana akan memperhatikan segala dorongan tersebut dengan tidak membebaskan sebebas-bebasnya atau tanpa bimbingan. Sebaliknya orang tua yang otoriter tidak menyalurkan dorongan tersebut sebagaimana mestinya.
Keluarga harus berusaha membimbing anak agar menjadi makhluk sosial, keluarga harus membimbing anak dalam. proses sosialisasi, baik antara anggota keluarga itu sendiri ataupun dengan tetangga dan teman sepermainannya. Orang tua yang bijaksana akan membantu anaknya supaya saling membantu dengan teman-temannya, bekerja sama dalam kelompok, untuk mengerjakan sesuatu yang mereka butuhkan. Keluarga merupakan kelompok masyarakat, tempat anak-anak belajar dan mempelajari serta mempraktekkan hak dan kewajibannya, di mana human relationship merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian orang tua. Sebab dalam kehidupan dan dalam pekerjaan bukanlah semata-mata ilmu pengetahuan intelektual yang menentukan suksesnya seseorang sebagai anggota keluarga, tetapi banyak ditentukan oleh kesanggupannya untuk bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.

Artikel Terkait Kajian Kependidikan

Komentar Postingan