Dari uraian di atas, etika dan etiket memiliki persamaan, namun juga perbedaan. Persamaannya terletak pada objek persoalan, yaitu tentang perilaku manusia. kedua istilah ini sama-sama berupaya mengatur perilaku manusia secara normatif, yakni memberi norma pada tingkah laku manusia sehingga dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Namun, ada perbedaan yang mendasar di antara kedua kata tersebut. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Di antara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkannya dengan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, apabila orang tersebut menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Perbedaannya yang lain adalah etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misalnya, ada banyak peraturan etiket yang mengatur cara kita makan. Dianggap melanggar etiket apabila kita makan sambil berbunyi atau dengan meletakkan kaki di atas meja, dan sebagainya. Di samping itu, etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayan lain. Sementara etika jauh lebih absolut (mutlak). Etika tidak terbatas hanya pada cara melakukan suatu perbuatan, tetapi juga memberi norma tentang perbuatan tersebut. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, sehingga etika selalu berlaku di mana dan kapan saja, entah ada atau tidak ada orang lain sebagai saksi mata. Di sini prinsip-prinsip etika tidak bisa ditawar-tawar, tetapi merupakan suatu keharusan atau kewajiban untuk dilakukan. Etika tidak bergantung pada apakah ada atau tidak ada orang lain yang melihat ketika perbuatan itu dilakukan, karena etika bersifat absolut dan universal.
Minggu, 25 November 2012
Etika dan Etiket (bagian 2)
Dalam bahasa Inggris, bentuk kata etika dan etiket berbeda. Kata “ethics” berpadanan dengan etika, yang berarti sistem prinsip moral bagi prilaku manusia. Etika berkaitan dengan nilai dan norma moral bagi penilaian (baik dan buruk) terhadap suatu perbuatan manusia sebagai manusia, sedangkan padanan kata etiquette adalah etiket, yang berarti aturan-aturan kesopanan atau tatakrama bagi perilaku manusia dalam pergaulan bermasyarakat atau di antara anggota-anggota suatu profesi. Etiket berkenaan dengan cara bersopan santun dalam pergaulan.
Dari uraian di atas, etika dan etiket memiliki persamaan, namun juga perbedaan. Persamaannya terletak pada objek persoalan, yaitu tentang perilaku manusia. kedua istilah ini sama-sama berupaya mengatur perilaku manusia secara normatif, yakni memberi norma pada tingkah laku manusia sehingga dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Namun, ada perbedaan yang mendasar di antara kedua kata tersebut. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Di antara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkannya dengan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, apabila orang tersebut menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Perbedaannya yang lain adalah etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misalnya, ada banyak peraturan etiket yang mengatur cara kita makan. Dianggap melanggar etiket apabila kita makan sambil berbunyi atau dengan meletakkan kaki di atas meja, dan sebagainya. Di samping itu, etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayan lain. Sementara etika jauh lebih absolut (mutlak). Etika tidak terbatas hanya pada cara melakukan suatu perbuatan, tetapi juga memberi norma tentang perbuatan tersebut. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, sehingga etika selalu berlaku di mana dan kapan saja, entah ada atau tidak ada orang lain sebagai saksi mata. Di sini prinsip-prinsip etika tidak bisa ditawar-tawar, tetapi merupakan suatu keharusan atau kewajiban untuk dilakukan. Etika tidak bergantung pada apakah ada atau tidak ada orang lain yang melihat ketika perbuatan itu dilakukan, karena etika bersifat absolut dan universal.
Dari uraian di atas, etika dan etiket memiliki persamaan, namun juga perbedaan. Persamaannya terletak pada objek persoalan, yaitu tentang perilaku manusia. kedua istilah ini sama-sama berupaya mengatur perilaku manusia secara normatif, yakni memberi norma pada tingkah laku manusia sehingga dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Namun, ada perbedaan yang mendasar di antara kedua kata tersebut. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Di antara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkannya dengan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, apabila orang tersebut menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Perbedaannya yang lain adalah etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misalnya, ada banyak peraturan etiket yang mengatur cara kita makan. Dianggap melanggar etiket apabila kita makan sambil berbunyi atau dengan meletakkan kaki di atas meja, dan sebagainya. Di samping itu, etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayan lain. Sementara etika jauh lebih absolut (mutlak). Etika tidak terbatas hanya pada cara melakukan suatu perbuatan, tetapi juga memberi norma tentang perbuatan tersebut. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, sehingga etika selalu berlaku di mana dan kapan saja, entah ada atau tidak ada orang lain sebagai saksi mata. Di sini prinsip-prinsip etika tidak bisa ditawar-tawar, tetapi merupakan suatu keharusan atau kewajiban untuk dilakukan. Etika tidak bergantung pada apakah ada atau tidak ada orang lain yang melihat ketika perbuatan itu dilakukan, karena etika bersifat absolut dan universal.